Penelitian mengenai obat anti rayap terus dilakukan dari berbagai pihak. Terutama penelitian anti rayap dari kalangan akademisi yang sudah menemukan bahan-bahan alami yang dapat menjadi obat anti rayap. Sering kali penelitian anti rayap ini di latar belakangi oleh kejadian-kejadian kerusakan akibat rayap atau bahkan pengalaman suatu barang yang tidak rusak karena aman dari gangguan rayap.
Untuk kali ini penelitian anti rayap dilakukan oleh anak yang masih berstatus pelajar SMA. Awalnya, siswa ini sewaktu masih kecil ada daun pandan di rumahnya yang di jadikan tikar sebagai alas lantai. Menurut orang tuanya, makanan yang di taro di atas alas tikar pandan ini tidak akan di datangi serangga. Hal ini yang mendorong kenginannya untuk melakukan penelitian anti rayap.
Adalah siswa dari SMA di sebuah daerah Malimping, Banten melakukan penelitian anti rayap menggunakan daun pandan yang sering di jumpainya di sekitar tempat tinggal mereka. Berikut kami sertakan kabar penelitian anti rayap yang kami ambil dari salah satu sumber berita online :
Jakarta, CNN Indonesia — Pandan laut (Pandanius odorifer) sepintas cuma tumbuhan yang bisa kamu temui di sepanjang bibir pantai Lebak, Banten. Tapi di mata Moh. Fazly Noor Islami Harianto dan Moh. Indra Surya Laksana, pandan laut punya manfaat lain.Masyarakat sekitar Lebak, Banten, memang telah memanfaatkan pandan laut untuk membuat tikar anyam. Namun kedua siswa SMA Negeri 1 Malingping, Banten, itu menemukan kandungan lain pada pandan.
Rupanya, itu bermula dari ingatan masa kecil, ketika orangtua mereka mengatakan bahwa makanan yang ditaruh di atas tikar anyaman pandan tidak akan didatangi serangga.
Mereka pun mencari tahu apakah pandan laut juga bisa menghasilkan zat yang dapat mengusir rayap, seperti pada pandan wangi. Belum ada penelitian yang mengungkap hal itu.
Jadi ini adalah penelitian pertama di Indonesia yang mencoba melihat apakah pandan laut bisa dijadikan zat anti rayap. Zat tersebut di antaranya flavonoid, saponin, dan tanin.
Setelah melakukan uji pitokimia, ternyata ketiga zat ini juga ditemukan pada pandan laut. Itu berarti pandan laut ini juga bisa dijadikan sebagai anti rayap.
Dari situ kedua siswa ini lalu mengambil sampel pandan laut dari Pantai Bagedur, kemudian diolah menjadi ekstrak dengan cara membuang durinya lalu daun dipotong dan dicacah.
Setelah itu dimasukkan ke dalam oven, dipanggang hingga kadar airnya tinggal 5 persen. Baru dilakukan proses ekstraksi di laboratorium.
Setelah menjadi ekstrak, lalu dilakukan tes uji coba pada rayap. Ada dua metode yang digunakan. Metode umpan dan kontak. Pada metode umpan, rayap dipaksa untuk memakan ekstrak daun pandan tersebut. Sedangkan pada metode kontak, rayap akan dipaparkan langsung dengan ekstrak pandan, bisa dengan cara disemprotkan.
Ternyata setelah pengamatan dilakukan, metode kontak lebih efektif membunuh rayap. Tapi karena ini bahan alami, waktu untuk bisa membasmi tuntas koloni rayap akan membutuhkan waktu lebih lama ketimbang dengan zat anti rayap yang terbuat dari bahan kimia. Ekstrak daun pandan laut ini tergolong zat yang memiliki mortalitas tinggi.
Ke depannya kedua siswa ini ingin mengenalkan kepada masyarakat Malingping bahwa ada potensi besar pandan yang bisa dimanfaatkan masyarakat. Ekstrak ini pastinya lebih aman dan ramah lingkungan karena alami.
Mereka mengatakan tak akan menjual ekstrak buatan mereka ini ke warga Malingping, melainkan akan memberinya secara percuma. Tapi itu selama persediaan masih ada. Mereka juga tidak menutup kemungkinan bila ada industri yang ingin mengembangkan ekstrak hasil temuan mereka ini.
Berkat temuannya ini, mereka berhasil masuk menjadi finalis Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) 2016 yang diselenggarakan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Mereka masuk ke dalam kategori Ilmu Pengetahuan Kebumian dan Maritim (IPK)